Bukti pengamatan yang terjadi di Saturnus, planet yang secara aktif menghasilkan partikel karbon, dikombinasikan dengan uji coba lab, menunjukkan bagaimana karbon yang berada pada kondisi ekstrem menyediakan lingkungan yang stabil bagi pembentukan berlian.
Dikatakan Kevin Baines, peneliti planet dari University of Wisconsin–Madison, AS, batas suhu atas untuk berlian solid adalah 8.000 Kelvin. Suhu di atas itu, maka akan meleleh. Ditambah dengan data tekanan dan suhu Saturnus dan Jupiter, maka mereka sampai pada kesimpulan adanya berlian.
"Dua hasil ini secara bersamaan menampilkan pada kita untuk pertama kalinya berlian solid bisa hadir di region vertikal luas di kedua planet," kata Baines seperti dilansir Rabu (9/10).
Teori awal menyebut Uranus dan Neptunus sebagai penghasil berlian. Menurut para pakar, suhu yang intens dan tekanan yang ada pada kedua planet ini kemungkinan bisa mengubah gas metana langsung menjadi berlian. Yang kemudian menjadi hujan di interiornya.
Sementara Jupiter dan Saturunus dianggap memiliki temperatur lebih rendah dan metana lebih sedikit. Mereka berdua sebelumnya diketahui tidak pernah dihubungkan dengan keberadaan batu berharga ini.
Ilustrasi (Thinkstock)
Ditambahkan Baines, momen kunci penemuan ini adalah petir badai raksasa yang ditemukan oleh wahana antariksa Cassini pada awan bagian atas Saturnus. Region hitam yang diterpa badai terlihat dalam imaji infra merah dan diprediksi berkoresponden dengan pecahnya molekul metana menjadi karbon.
Saat terbentuk, karbon non-kristal tenggelam di atmosfer hingga mencapai ketinggian yang memiliki kepadatan hampir sama. Dalam kondisi tekanan yang meningkat, ia kemudian berubah menjadi grafit. Grafit terus menuju kedalaman atmosfer Saturnus, hingga suhu dan tekanan mengubahnya menjadi berlian solid.
"Ini menciptakan sekitar 1.000 ton berlian per tahun, saya perkirakan dari lapisan tipis seluas 30.000 kilometer, terdapat sepuluh juta ton berlian," ujar Baines.
Meski demikian, muncul rasa skeptis dari peneliti planet lain bernama William Hubbard dari University of Arizona. Menurutnya, jumlah jelaga yang dihasilkan oleh badai di Saturnus, terlalu sedikit untuk produksi berlian.
Jelaga itu pun kemungkinan sudah hancur karena kenaikan suhu dan tekanan kala menuju lapisan bawah atmosfer.
Sumber:National Geographic Indonesia
ABOUTAUTHOR
Hi! Kalian boleh panggil aku "Admin N". Aku yang ada dibalik pembuatan post, pengembangan blog, dan yang suka ngetik-ngetik Tweet di Twitter dan status di Facebook. Support Astronomy Event terus ya! Dan juga support perkembangan ilmu astronomi di Indonesia!
0 komentar:
Posting Komentar