NASA akan gunakan citra yang diambil dari antariksa sebagai sumber data.
Upaya pencarian pesawat Malaysia Airlines MH370 yang belum membuahkan hasil membuat pihak Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) tergerak.
Untuk membantu memecahkan misteri pesawat yang sudah tujuh hari menghilang itu, NASA akan menggunakan citra Bumi yang diambil dari antariksa sebagai sumber data.
"Aktivitas yang akan dilakukan mencakup memanen data satelit yang diperoleh sebelumnya dengan aset yang berbasis di antariksa, seperti satelit Earth-Observing-1 (EO-1) dan kamera ISERV di Stasiun Luar Angkasa Internasional, guna mencari kemungkinan lokasi kecelakaan," kata Allard Brutel, juru bicara NASA.
"Resolusi dari citra yang dihasilkan instrumen ini bisa digunakan untuk mengidentifikasi objek yang ukurannya sekitar 98 kaki (30 meter)," imbuhnya
NASA juga akan berbagi data dengan Badan Geologi Amerika Serikat. Kedua badan itu menyusun dan berbagai informasi manakala International Charter on Space and Major Disaster, piagam khusus yang menangani bencana keantariksaan, diaktifkan.
International Charter on Space and Major Disaster sendiri diaktifkan pada Selasa (11 Maret) atas permintaan Badan Meteorologi Cina.
"Baik armada laut maupun udara dari 10 negara berpartisipasi dalam pencarian. Citra satelit sekarang digunakan untuk melacak pesawat baik sebelum atau sesudah hilang," demikian dinyatakan dalam catatan International Charter on Space and Major Disaster.
Informasi terbaru seperti dilaporkan Wall Street Journal, Kamis, menyatakan bahwa pesawat sempat terbang 4 jam setelah hilang kontak. Namun, informasi tersebut dibantah oleh Malaysia.
Cina sempat merilis citra yang diduga merupakan puing pesawat. Namun, lagi-lagi dibantah Malaysia yang menyatakan bahwa citra itu bukan milik MH370. Sejauh ini, pencarian belum membuahkan hasil.
Untuk membantu memecahkan misteri pesawat yang sudah tujuh hari menghilang itu, NASA akan menggunakan citra Bumi yang diambil dari antariksa sebagai sumber data.
"Aktivitas yang akan dilakukan mencakup memanen data satelit yang diperoleh sebelumnya dengan aset yang berbasis di antariksa, seperti satelit Earth-Observing-1 (EO-1) dan kamera ISERV di Stasiun Luar Angkasa Internasional, guna mencari kemungkinan lokasi kecelakaan," kata Allard Brutel, juru bicara NASA.
"Resolusi dari citra yang dihasilkan instrumen ini bisa digunakan untuk mengidentifikasi objek yang ukurannya sekitar 98 kaki (30 meter)," imbuhnya
NASA juga akan berbagi data dengan Badan Geologi Amerika Serikat. Kedua badan itu menyusun dan berbagai informasi manakala International Charter on Space and Major Disaster, piagam khusus yang menangani bencana keantariksaan, diaktifkan.
International Charter on Space and Major Disaster sendiri diaktifkan pada Selasa (11 Maret) atas permintaan Badan Meteorologi Cina.
"Baik armada laut maupun udara dari 10 negara berpartisipasi dalam pencarian. Citra satelit sekarang digunakan untuk melacak pesawat baik sebelum atau sesudah hilang," demikian dinyatakan dalam catatan International Charter on Space and Major Disaster.
Informasi terbaru seperti dilaporkan Wall Street Journal, Kamis, menyatakan bahwa pesawat sempat terbang 4 jam setelah hilang kontak. Namun, informasi tersebut dibantah oleh Malaysia.
Cina sempat merilis citra yang diduga merupakan puing pesawat. Namun, lagi-lagi dibantah Malaysia yang menyatakan bahwa citra itu bukan milik MH370. Sejauh ini, pencarian belum membuahkan hasil.
(National Geographic Indonesia)
ABOUTAUTHOR
Hi! Kalian boleh panggil aku "Admin N". Aku yang ada dibalik pembuatan post, pengembangan blog, dan yang suka ngetik-ngetik Tweet di Twitter dan status di Facebook. Support Astronomy Event terus ya! Dan juga support perkembangan ilmu astronomi di Indonesia!
0 komentar:
Posting Komentar