Welcome to

Astronomy Event

Berita dan Ensiklopedia Alam Semesta
Force = Mass times Acceleration
Join us on

Teori Baru Hawking Menyatakan Tidak Ada Event Horizon

Tak seperti event horizon yang tak nampak, apparent horizon menahan zat sementara sebelum dilepaskan kembali dalam bentuk tak beraturan


Dua juta tahun lalu, black hole super besar ada di pusat galaksi kita dan 100 kali lebih kuat dibanding saat ini. (Ilustrasi oleh Dana Berry, SkyWorks Digital/NASA)

Astronomy Event - Dalam studi terbaru bertajuk Information Preservation and Weather Forecasting for Black Holes, Stephen Hawking menuliskan laporan yang mencengangkan. Ia mengoreksi teori yang menyatakan bahwa black hole memiliki event horizon, sebuah batas tak terlihat yang mengelilingi, yang menyebabkan apapun yang mendekatinya akan terhisap lubang hitam itu dan lenyap.

Dalam teori relativitas, tidak ada yang bisa lepas dari black hole. Namun teori quantum menyebutkan bahwa energi dan informasi bisa melarikan diri dari lubang hitam.

Untuk itu, Hawking mengajukan ide adanya apparent horizon, sebagai ganti event horizon. Tak seperti event horizon yang tak nampak, apparent horizon hanya menahan zat secara sementara sebelum akhirnya dilepaskan kembali meski dalam bentuk yang tak beraturan.

"Teori yang digambarkan Hawking tampaknya masuk akal," kata Don Page, fisikawan dan pakar black hole dari University of Alberta, Edmonton, Kanada. "Memang sangat radikal untuk menyatakan bahwa tidak ada event horizon. Namun sulit memastikan adanya sebuah kawasan yang bisa disebut sebagai event horizon," sebutnya.

Dalam teorinya, jika Hawking benar, zat akan tertahan sementara di balik apparent horizon yang kemudian akan perlahan bergerak masuk akibat gaya tarik dari inti black hole, namun ia tidak akan sampai di bagian tengah lubang hitam.

Informasi terkait zat yang terhisap masuk tersebut tidak akan hancur, namun akan menjadi sangat acak sehingga saat dilepaskan melalui radiasi, ia akan memiliki bentuk yang berbeda dan hampir tidak mungkin untuk mengetahui apa objek yang sebelumnya terhisap itu. "Mencari tahu objek tersebut jauh lebih rumit dibandingkan dengan merekonstruksi buku yang sudah terbakar menjadi debu," kata Page.

Sumber: National Geographic Indonesia dan nature.com

Share this:

ABOUTAUTHOR

Hi! Kalian boleh panggil aku "Admin N". Aku yang ada dibalik pembuatan post, pengembangan blog, dan yang suka ngetik-ngetik Tweet di Twitter dan status di Facebook. Support Astronomy Event terus ya! Dan juga support perkembangan ilmu astronomi di Indonesia!

JOIN CONVERSATION

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar